Pages

Antara Berat Badan dan Bensin


                

             Aku adalah salah satu pria dari sejuta pria yang menyukai perjalanan jarak jauh menggunakan mobil, sambil bercengkrama dan berbagi pengalaman soal perjalanan, kemarin aku bareng si Abid temenku di Twitter yang baru sekali bertemu, aku menjemput Abid untuk menemaniku memasang kaca film di tempat pamanku di Batu Aji. Waktu itu hujan sedang memeluk erat mobil ini, mobil kebanggaan yang tinggal satu-satunya milikku, selebihnya milik orang.  Satu demi satu air hujan yang sesekali bercengkrama dengan wiper membawaku ke jalan buntu, ini karena si Abid yang memberiku peta yang salah.
Abid membuat peta yang dikirimkan melalui via SMS yang berbunyi, ‘habis tong sampah belok kanan’.
‘Oke’, balasku pada pesan yang berisikan peta itu.

Berhubung aku orangnya gampang percayaan, ya uda aku ikutin apa kata Abid, setiap ada tong sampah, aku mengarahkan mobilku ke arah kanan. Oke fine, aku salah jalan lagi!, Abid ini emang sialan banget, uda tau ini kali pertamanya aku menjemputnya, eh dia malah enak-enakan dirumah kaya ga terjadi apa-apa, berasa putri keraton.  Celingak celinguk ke kanan dan kiri diliatin ibu-ibu yang sedang bersantai didepan rumahnya bersama anak kesayangannya, akupun sampai didepan rumah yang lumayan sempit jalannya, sempit kaya punya Abid~
‘Hei bang’, Abid menyapaku ketika masuk kedalam kabin yang sudah aku pasang parfum yang baru aku beli di minimarket dekat rumahku.
‘Hei Abid, ini beneran Abid kan?, Kok beda sama yang di foto?, yang asli rada gede, gede paha’, sapaku sambil menghina dia dan pada saat yang bersamaan akupun syok melihat wujud aslinya yang W-O-W banget, cetar, paha besar, pantat besar, tapi jauh dari angan untukku mensodominya pada waktu itu karena dia BIG ASS!! Enak buat jempit-jepitan.
‘Hehee, itu kan foto lama bang’, Abid kembali menjawab.
‘Oh pantes’, Aku menjawabnya dengan nada Cool.
Kami menikmati perjalanan bersama, perjalanan yang penuh keromantisan, perjalanan yang dalam kondisi hujan mewarnai perjalanan kami. Tapi, setelah keluar dari kediaman Abid hendak melanjutkan perjalanan, hujan berhenti dan kembali menjadi panas, dalam benakku, aku berfikir, ‘Apakah Zeus tidak setuju kalau Abid menaiki mobilku?’.
Perjalanan ini di sponsori oleh pantat Abid yang besar yang membuat beban mobil jauh dikabin sebelah kiri. Mobil seakan melambat ketika menanjak, stirpun menjadi berat ketika hendak muter di u-turn dekat bengkel paman.’Dmmmmmmmmmmmmmm’, suara mesin mendadak mati, tentunya aku sebagai supir yang anti dengan kata grogi, memijak rem perlahan dan berkata ke Abid.
‘Bid, mobil mati’, kataku.
‘Terus gimana?’, Abid menjawab dengan nada santai.
‘Beli bensin ke simpang situ Bid’, kataku.
Pergilah Abid membeli bensin sebotol aqua 1.500Ml. Niatnya Cuma mancing doang biar idup dan ke pombensin buat ngisi yang sewajarnya dan membuat mobil ini kembung. Sekembalinya Abid ke mobil dan mengisikan bensin tersebut ke tangki mobil. Kembali aku starter dan alhasil mobil tidak mau beroperasi dengan baik.
‘Dorong Bid, kesitu aja’, Aku mengarahkan Abid sambil menunjuk ke arah tepi jalan.
‘Oke, bang’, Abid menjawab dengan gaya keren kaya Agung Hercules ditabrak mobil Nascar.
Wah, si Abid ini adalah satu dari sekian banyak temen yang aku kenali, Abid adalah anak sekolahan yang berprofesi sebagai gay yang ditiduri om-om ganjen. Beruntung juga yah bawa Abid, lumayan ada derek gratis. Sesampainya mobil ini di posisikan di pinggir jalan, eh ada rumah makan padang, mampirlah kesitu dan aku belikan si Abid ‘Teh Obeng’, Teh Obeng ini adalah nama teh yang hanya berlaku di Batam. Sini main ke Batam biar tau apa itu Teh Obeng.
Balik lagi kepermasalahan, sepertinya Abid adalah gorilla liar dari hutan sub-tropis di pinggiran sungai amazon dan terdampar di Batam. Dia sangat kehausan, buktinya aja teh obeng itu habis.
Aku menelpon mekanikku yang jauh disana, ‘mas, mobilku mendadak mati’.
‘Kamu dimana sekarang?’, Tanya mekanikku lewat ganggang telepon.
‘Aku di Batu Aji, mas’. Kataku.
‘Waduh, jauh banget’, Jawab mekanikku kembali.
Setelah kurang lebih 5 menit aku memberi tau keluhannya, alhasil dia tetap tidak mau hidup. Yah, aku sebagai komandan yang baik, aku putuskan untuk menaiki carry (sebutan angkot disini). Sampailah kami di tempat pamanku untuk meminjam motor dan botol seukuran gede yang memuat bensin <5liter. Pergilah kami ke pombensin, bensin sudah ditangan dan tinggal bagaimana kami bertahan hidup untuk bersabar menghadapi keluhan mobil ini. Setibanya kami di mobil, bensin tersebut dimasukkan kedalam tanki bensin, perlahan aku starter¸hiduplah mobil ini……… ‘Alhamdulillah’, ucapku bersyukur.

Kembalikan motor dan botol bensin tadi, sesampainya di tempat pamanku. Aku turun dan bilang aku kesini mau pasang kaca film, berhubung sudah sore banget, pamanku menyarankan untuk esok harinya kembali datang untuk memasang kaca film.
Pulanglah aku dan Abid, aku mengantarkan Abid, sesekali mobilpun kembali ngambek, ini gara-gara si Abid gendut, perusak mobil gara-gara badannya. Hih! Abid gembrot!.
Mesin mati sesekali dan ya gitu, di starter mau tapi tetep aja mati lagi. Kesel sih kesel, banget malah. Kenapa mobil ini, apakah ini karena Zeus tidak setuju dengan adanya Abid di mobil ini. Besok-besok kalau ada Abid, aku ga mau pake mobil, naik motor aja. Oh iya, ngomong-ngomong soal motor, motor yang tadi kami pakai itu adalah motor kedua setelah motor pertama yang dinaiki Abid ban belakangnya BOCOR!!, ini seriuss loh. Ga main-main, bannya bocor, betapa sialnya membawa Abid pada waktu itu. Abid, oh Abid, kenapa kamu gembrot sih. Ngeselin tau gak sih Bid!!!!.
Sampailah dirumah Abid, aku mantapkan diri untuk pulang sendiri.
‘Bid, aku pulang dulu yah, aku bisa sendiri kok’, ucapku sebagai salam perpisahan.
‘Yakin, bang?’, Jawab Abid dengan muka polos minta ditampol.
‘Iye bid, serius’, ucapku mengakhiri perjumpaan kami.
Oh iya ini aku mau cerita, sebelum sampai rumah Abid, tadi mobilku sempet mati lagi, tapi kali ini aku punya teori yang bagus, di catet yah!!!! [BERAT BADAN + SALURAN BENSIN + SALURAN PENGAPIAN – BERAT BADAN = <80Kg] . Berarti teoriku ini adalah benar adanya, buktinya aja pas aku sendiri dimobil, aku starter mobilku eh nyala dan ga betingkah, pas Abid masuk malah mobilnya ngambek lagi, oke deal ini semua kesalahan Abid si BIG ASS dan penuh panu ditangannya.

Pertemuan kami untuk kali pertamanya ini adalah kenangan yang tak bisa dilupakan, berarti mobilku tak bisa dinaiki oleh pria seperti Abid. Dia sih seksi, tapi kenapa karena dia mobilku ngambek?, kembali lagi ke teori.

Jalan perlahan, macet aku lewati, dan kembalilah mobil ini macet setelah berkelana jauh meninggalkan Batu Aji. Mesin mati di sekitaran Glael Batam Centre. Mencoba bersabar, dan kemudian hidup, aku putuskan untuk meniggalkan mobil di Edukits. Karena sudah saking keselnya dan emosi ke mobil sendiri, aku minta untuk dijemput adikku, si Indah namanya.


Dia adalah supirku pada malam itu. Damai men :D


Namanya juga kesel, emosi jadi satu, mau numpahin kemana?. Alhasil, nasi padanglah menjadi tempat pemecahan masalah kali ini, stel kuli sih kata orang-orang, kuli juga manusia jadi jangan di ejek-ejek. Suap demi suap, pikiran ini masih tertuju pada mobil. Setelah sesampainya di kamar dengan otak nyaris meletus, apa yang aku lihat kali ini adalah malapetaka, MODEM INTERNET KENAPA DI KAMARKU!!!!, sepertinya besok aku akan terkena radiasi tingkat dewa yang memuncak pada kegilaan sang penderita, mungkin ini yang dinamakan hari yang indah, indah banget, sampai adikku si Indah yang menjemputku saat kemalangan ini, ini bukan malang sih namanya, tapi cerita seru, tentang berat badan si Abit yang merusak mobilku, tentang teori bensin dan pengapian, tentang nasi padang dan terakhir modem.

0 comments: