Kau.. Iya, Kau.. Terlalu manis untuk ku menyapamu
dengan kamu. Mata menangis melihat pelarian seorang yang di sayang dan di
banggakan pergi meninggalkan.
Seperti malam, kegelapan datang seperti biasa, hati
dan pikiran tetap dalam satu tujuan, kesetiaan. Hanya mengerti tentang kau dan
aku di dalam kita yang sewaktu-waktu bisa menjadi kesendirian. Kebohongan yang
tampak dari raut wajah menandakan itulah pribadi, semakin dalam mengerti akan
seseorang, semakin takut kehilangan.
Seperti dalam perlarian, kesetiaan yang hanya sebuah
janji akan menjadi kecemasan akan keseriusan. Aku yang selalu ada dalam hidup
kau, kita membuat kesepakatan untuk tetap bersama. Tapi kau, memutuskan tali cinta di satu pihak yang kau beri nama pilihan.
Apa ini tentang kurangnya bahagia dan
kurangnya kebersamaan?. Atau ini hanya masalah waktu dan kepribadian?. Akankah kau mengerti tentang adanya aku sebagai pendanmpingmu, dan akan sampai kapan kau mengikuti keegoisan diri?.
Seperti tulisan ini, aku merindumu dalam satu sisi,
senyuman dan kesetiaanmu yang kau berikan berdasarkan pikiran, perasaan, dan
tekanan dari dalam diri. Semua berubah ketika kau menemukan dia, tempat kau berlari di
saat aku tak mampu untuk memberimu apa yang ada di dalam dia, tapi kita tetap
berhubungan, dan kini kau memeluk kecemasan dalam pelarian.